Sabtu, 17 Desember 2011

BATANG AS


BATANG AS
As merupakan batangan atau bisa juga dikatakan sebagai poros pusat atau sumbu dari suatu lingkaran yang berputar atau roda.
Pada kendaraan as biasanya dilengkapi dengan bantalan agar putaran menjadi lancer dan tidak terjadi gesekan antara poros dan lingkaran roda.
Pada kendaraan bermotor as berfungsi sebagai berikut :
1.      Menjalankan kendaraan, dimana as roda dihubungkan dengan mesin penggerak kendaraan
2.      Pengereman kendaraan, dimana gerak roda kendaraan dihentikan oleh perangkat rem yang dihubungkan dengan mekanisme as roda
3.      Mengendalikan arah jalannya kendaraan melalui setir dan system kemudi kendaraan.
Poros atau as dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran mesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi,dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contoh sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda kereta api, as gardan, dan lain-lain. (Wawa-mesin 2010)

Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhitungkan gaya yang bekerja pada poros di atas antara lain: Gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu berpusat pada titik gravitasinya. Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat sejajar dengan permukaan benda ataupun membentuk sudut α dengan permukanan benda. Gaya F dapat menimbulkan tegangan pada poros, karena tegangan dapat rimbul pada benda yang mengalami gaya-gaya. Gaya yang timbul pada benda dapat berasal dari gaya dalam akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang mengenai benda tersebut. Baik gaya dalam maupun gaya luar akan menimbulkan berbagai macam tegangan pada kontruksi tersebut antara lain sebagai berikut. (Wawa-mesin 2010).

MACAM-MACAM POROS ATAU AS
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:

    1) Gandar
Gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya hanya sebagai penahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti yang dipasang pada roda-roda kereta barang, atau pada as truk bagian depan.

    2) Spindle
 Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, di mana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

3) Poros transmisi
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat beban punter murni atau punter dan lentur yang aknan meneruskan daya ke poros melalui kopling, roda gigi, puly sabuk atau sprocket rantai, dan lain-lain.

BEBAN PADA POROS ATAU AS
    1) Poros dengan beban puntir
Daya dan perputaran, momen puntir yang akan dipindahkan oleh poros dapat ditentukan dengan mengetahui garis tengah pada poros.

Apabila gaya keliling F pada gambar sepanjang lingkaran dengan jari-jari r menempuh jarak melalui sudut titik tengah a (dalam radial), maka jarak ini adalah r · α, dan kerja yang dilakukan adalah F. Gaya F yang bekerjapada keliling roda gigi dengan jari-jari r dan gaya reaksi pada poros sebesar F merupakan suatu kopel yang momennya Mw = F · r. Momen ini merupakan momen puntir yang bekerja dalam poros.



2) Poros dengan beban lentur murni

Poros dengan beban lentur murni biasanya terjadi pada gandar dari kereta tambang dan lengan robot yang tidak dibebani dengan puntiran, melainkan diasumsikan mendapat pembebanan lentur saja. Meskipun pada kenyataannya gandar ini tidak hanya mendapat beban statis, tetapi juga mendapat beban dinamis.





SUMBER REFERENSI
Sepa, Arya. 2011.Transmisi atau Porsneling. Pada situs : http://pamungkasaryasepa.blogspot.com/2011/05/transmisipresneleng.html. Diakses pada hari Rabu 14 Desember 2011 pukul 22.00 WIB.
Wawan. 2010. Poros. Pada situs : http://www.wawan-mesin.co.cc/2010/10/poros.html. Diakses pada hari Rabu 14 Desember 2011 pukul 22.00 WIB.
Wikipedia. 2011.As Roda. Pada sirus :  http://id.wikipedia.org/wiki/As_roda. Diakses pada hari Rabu 14 Desember 2011 pukul 21.30 WIB.

IRIGASI TETES


 1 LATAR BELAKANG
System irigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan metode irigasi tetes. Irigasi tetes adalah salah satu metoda irigasi yang lazim dan baik digunakan pada tanaman yang membutuhkan perawatan lebih. Misalnya pada tanaman buah-buahan, obat-obatan dan lain sebagainya.

Penggunaan irigasi tetes merupakan sesuatu yang perlu perhitungan, penggunaan irigasi tetes dikontrol dengan mengkondisikan jumlah tetesan perdetik. Ini bertujuan untuk mengkondisikan tetesan irigasi agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang laju aliran tetes dan cara perhitungannya

2 TUJUAN
            Tujuan dilaksanakan nya praktikum ini adalah :
a.       Untuk lebih mengenal system irigasi tetes.
b.      Mempelajari dan memahami kinerja dari system tersebut.

3 MANFAAT
            Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
a.    Mengetahui fungsi irigasi
b.    Mengetahui macam-macam aliran irigasi
c.    Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian.

4 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.

Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sytemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak.

Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.

Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume rendah penyemprot yang ideal untuk menjaga tanaman benih basah. Penggunaannya sangat mudah. dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.

Kelebihan dan Kelemahan Irigasi Tetes
Pada irigasi tetes hanya zona perakaran tanaman yang diberi air, dan dengan pengelolaan yang tepat kehilangan perkolasi dalam menjadi minimal. Evaporasi dari tanah bisa lebih rendah karena hanya sebagian dari luasan permukaan tanah yang basah. Kebutuhan tenaga kerja lebih rendah dan sistem ini dapat dioperasikan secara otomatis. Pengurangan kehilangan perkolasi dan evaporasi akan menghasilkan penggunaan air yang ekonomis. Gulma lebih mudah dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak diairi. Bakteri, hama dan penyakit lain yang tergantung pada lingkungan lembab dapat dikurangi, karena bagian tanaman yang ada diatas tanah umumnya kering.

Kelemahan-kelemahan utama dari irigasi tetes adalah biaya yang tinggi dan pemyumbatan pada komponen sistem, terutama emitter untuk partikel-partikel kecil tanah, bahan biologis dan kimia. Emitter tidak bekerja begitu baik untuk tanaman tertentu dan masalah yang disebabkan salinitas. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan yang basah. Karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah di dekat tiap emitter (Schwab, 1992).

Luasan tanah kering diantara jaringan lateral emitter bisa menyebabkan terjadinya pembentukan debu dari operasi pengolahan tanah dan erosi oleh angin. Dibandingkan dengan sistem irigasi permukaan, dalam hal ini diperlukan tenaga kerja dengan keahlian yang lebih tinggi untuk mengoperasikan dan merawat peralatan penyaringan dan komponen khusus lainnya.

5 BAHAN DAN METODA
5.1 ALAT DAN BAHAN
Bahan yang diguanakan dalam praktikum ini adalah:
·         Satu unit alat impus
·         Polybek
·         Tanah
·         Penggaris
·         Stopwatch
5.2 METODA
Cara kerja pada praktikum irigasi tetes ini adalah
·         Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
·         Gantunkan impus yang berisisi air pada tempat yang tinggi dan letakkan polybag berisi tanah tepat di bawah polybag dengan jarak yang telah ditentukan
·         Atur keluaran tetesan (1 tetes/detik)
·         Hitung volume tetesan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 HASIL

Waktu
1 jam (3600 detik)
Debit ( 1 jam  )
0.0157x  m3/s

6.2 PEMBAHASAN
Untuk satu detik pemberian air pada tanaman akan memenuhi kebutuhan air pada  tanaman tersebut sebesar 1.58308 x 10 -7 m3/s.

Dalam pemberian air pada tanaman harus memperhatikan kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang di berikan pada tanaman tersebut berlebihan maka tanaman tersebut akan membusuk, dan apabila pemberian air pada tanaman kurang maka tanaman tersebut akan layu dan mati.

7  PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Pada praktikum irigai tetes ini telah dilakukan di jurusan praktikum Pada praktikum  ini dilakukan pada polibeg. Dan didapatkan kesimpulan bahwa tanah yang kering akan basah apabilah telah ditetesi air sesuai dengan bentuk wadah yang ditepati nya. Apabila pada wadah yang besar maka ia akan memperoleh luasan yang besar pula dan mendapatkan kedalaman yang rendah. Berbeda pada wadah yang kecil, apabila tanah kering ditetesi air maka luasan tanah basah itu akan sesuai dengan bentuk wadah dan mendapatkan kedalaman tanah basah yang dalam dibandingkan dengan tanah basah pada wadah yang luas. Selain itu faktor yang mempengaruhi nya juga adalah jumlah tetesan per menit.  Jadi dalam pemberian air pada tumbuhan tersebut tidak boleh berlebih, jika berlebih maka tanaman bisa busuk, tapi jika terlalu sedikit maka tanaman akan layu juga, atau bahkan bisa mati.
7.2 SARAN
     Menurut saya pratikum teknik irigasi perlu ditingkatkan lagi terutama alat yang digunakan  agar praktian dapat memahami dengan jelas.terutama pada objek atau pratikum tentang irigasi tetes.

DRAINASE


1 LATAR BELAKANG
Tatanan atau perencanaan suatu kawasan atau kota memerlukan perencanaan yang matang, terutama dalam bidang penataan system drainase. Factor drainase dalam suatu kawasan atau wilayah atau kota merupakan harga mati yang harus dikaji dengan serius.

Buruknya system drainase suatu wilayah atau kota merupakan atau bisa dikatakan sebagai tabungan bencana dimasa yang akan dating, kasus genangan air, banjir adalah beberapa dampak yang akan menjadi kenyataan.

Oleh karena itu perlunya perencanaan dan penataan drainase yang matang pada suatu wilayah atau kawasan dengan sebaik-baiknya, sehingga tatanan wilayah atau kota yang ideal dapat terwujudkan.

Drainase sangatlah diperlukan dan sangat penting untuk kita ketahui. Dalam perhitungan luas dan volum juga tidak kalah pentingnya karena dengan mengukur luas drainase tersebut  maka dapat memanfaatkan saluran drainase secara efesien dan tidak ada yang tidak terpakai, jika saluran drainase lebih kecil dari volume curah hujan maka akan terjadi banjir dan jika saluran irigasi lebih besar dari volume curah hujan maka akan terjadi pemborosan.

Fungsi dari drainase sangat berbeda dengan fungsi dari irigasi. Jika irigasi menyalurkan air kemedia tanam maka drainase membuang air berlebih dari suatu media atau lahan pertanian.

2 TUJUAN
            Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
a.       Mengetahui kegunaan drainase
b.      Mencari besar debit air di suatu drainase
c.       Menghitung laju drainse
d.      Menentukan ketetapan pengaliran subsurface flow.

3 MANFAAT
            Manfaat dari dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan mengerti fungsi drainase di bidang pertanian. Selain itu praktikan juga akan mengetahui jenis-jenis drainase yang cocok untuk pertanian.

4 TINJAUAN PUSTAKA
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (flood protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman. Drainase merupakan suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di permukaan tanah maupun dibawah tanah, sehingga dengan demikian drainase dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.         Drainase permukaan
Suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air dipermukaan tanah hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
2.      Drainase bawah tanah.

Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air di bawah tanah. Hal ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka air tanah. Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal dari hujan lokal maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat - singkatnya, sistem ini juga dimanfaatkan pada musim kering untuk meningkatkan kondisi tanah yaitu menekan derajat keasinan (salinitas) di daerah yang bersangkutan. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan persyaratan hidupnya.

Tingkat sistem drainase, yaitu :
1. Tersier drainage
2. Secondary drainage
3. Main drainage
4. Sea drainage
Desain kriteria harus sesuai dengan :
a.        Kebutuhan
b.      Pertimbangan ekonomis
c.    Kondisi alam, meliputi :
1. Segi hidrologis.
2. Segi topografis.
3. Segi geologis.

1.      Segi hidrologis.
Tergantung dari data curah hujan didaerah tersebut dengan intensitas 3 – 5 hari berturut turut dan harus habis mengalirkan air.

2.      Segi Topografis
Dalam pembuatan drainase ini sangat diperlukan bentuk topografis yang mempunyai ketinggian yang berbeda. Sehingga selalu memungkinkan adanya beda tinggi yang akan menyebabkan air tetap mengalir. Disamping itu agar saluran drainase ini diusahakan berupa galian semua sedangkan timbunan dihindarkan agar mendapatkan kemiringan saluran yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir.

Apabila terpaksa terjadi saluran drainase timbunan, maka kemiringan saluran harus diusahakan kecil.
Rumus :
Q = F . V
V = K . R2/3 . I 1/2
I =
Jika I kecil maka V = kecil dan F = besar.
Dengan demikian perlu dibuat drainase dengan kedalaman kecil tetapi lebar. Tetapi dalam hal ini akan mengakibatkan adanya pengendapan sehingga diikuti adanya eksploitasi sebagai berikut :
I = Disesuaikan kelandaiannya dengan tanah setempat maka [1-2].10-4
V= [0,5 – 0,6] m/s

Dalam drainase juga terdapat kecepatan maximum, tetapi ada batas – batas tertentu untuk menghindari gesekan/keausan saluran.

3.      Segi geologis.
Drainase kecil tidak perlu peninjauan geologi, tetapi untuk drainase besar perlu diadakan peninjauan geologi misalnya pada bidang mekanika tanah, terutama untuk mendapatkan konstruksi pelengkap dari sistem drainase yang stabil. Untuk mendapatkan hal – hal itu maka dalam merencanakan kita harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut :
a. Kemiringan talud [tg a]
Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam tanah dan besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran drainase makin curam maka air yang mengalir makin deras, sehingga makin cepat dinding saluran aus karena terkikis.
b. Kecepatan aliran air.
c.Drainase Modul.
Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena apabila tidak akan menimbulkan genangan, hal ini tergantung dari curah hujan. Data n tahun, dengan data hujan per 1 hari, 2 hari, atau 3 hari.
Dalam tugas ini dipakai dasar hujan 3 hari didrainase 3 hari dengan genangan, menggunakan rumus:
¨ Hujan 3 hari di drainase, 3 hari dengan genangan
Dimana :                      Dn = R( n )T + n( IR – ET – P ) – S
Dimana :
R = Jumlah hujan dari n hari
S = Storage
N = Jumlah hari
I = Irrigation Supplay
P = Perkolasi
ET = Evapotranspirasi
DM = Drainage Module

Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
a) Jenis – jenis drainase :
• Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah, tidak terdapat bangunan penunjang.
2. Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus.
• Menurut letak bangunan :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.

2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
• Menurut fungsi :
1. Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll.
2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur.
• Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
Sistem drainase dibagi menjadi:
1. tersier drainage
2. secondary drainage
3. main drainage
4. sea drainage

Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
Disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampah dan pasang surut
 Penanganan drainase perkotaan :
1.    Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2.    Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke     drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap
3.    Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama     pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4.    Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki     konservasi lingkungn.
5.    Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

 a. Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.

b. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar lapangan terbang.

c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

5    BAHAN DAN METODA
5.1     ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·         Meteran
·         Penggaris 1 meter
·         Tali Plastik
·         Rambu ukur

5.2     METODA
Cara kerja adalah :
·         Ukur saluran drainase perbagian- bagian yang lurus
·         Catat hasil pengamatan
·         Jumlahkan data kesmua volume saluran yang telah diukur
·         Bandingkan dengan data curah hujan setempat

6 HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 HASIL

DATA CURAH HUJAN 10 TAHUN
0,013069092
VOLUME PARIT
6.072272

6.2   PEMBAHASAN
Dari praktikum yang dilaksankan didapatkan hasil voloume saluran sebesar 6.072272  dan berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir yang diperoleh dari stasiun klimatologi Gunung Nago didapatkan volume curah hujan sebesar 0.013069092 . Dari hasil yang didapatkan tersebut terlihat jelas bahwa volume saluran lebih besar dari pada volume curah hujan, dan bisa dikatakan bahwa saluran drainase tersebut mampu untuk menampung curah hujan tersebut.

Jika pada suatu daerah memiliki kondisi perbandingan seperti ini, maka tidak akan terjadi banjir pada daerah tersebut. Namun apabila untuk saluran pembuangan air berlebih pada suatu lahan pertanian, pembuatan saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang dialirkan keluar dari saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang kapasitasnya sebesar itu.

7 PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
                 Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah saluran drainase ini masik layak untuk digunakan karena tidak terjadi limpasan apabila terjjadi hujan dan keadaannya secara keseluruhan cuukup baik.

7.2 SARAN
Saran pada praktikum pengukuran drainase ini adalah :
1. Pengukuran dilakukan dengan sebaik – baiknya agar data lebih akurat
2. Pada jaringan drainase disarankan perawatannya lebih baik lagi,agar saluran tersebut dapat berfungsi dengan optimal
3. untuk praktikum selanjutnya bisa di hitung juga debit agar dapat dilihat hubungannya dengan debit.